Suaraanda.com, Depok- Kasus penemuan benda mencurigakan bertuliskan FPI Munarman hingga kini masih terus didalami. Sejauh ini sudah empat orang saksi yang diminta keterangan untuk mengungkap siapa orang yang meletakkan benda tersebut di sebuah warung di Jalan Raya Grogol, Limo Depok pada Minggu (4/4) malam. “Dari perkembangan kasus kemarin yang barang mencurigakan itu sudah 4 saksi yang kita periksa,” kata Kapolres Metro Depok Kombes Pol Imran Edwin Siregar, Selasa (6/4/2021).
Dari keterangan saksi yang sudah diminta kerterangan, tidak satu pun dari mereka yang melihat siapa orang yang meletakkan benda terbungkus kertas dan plastik hitam itu. Selain itu di lokasi juga tidak ada kamera CCTV dan minim penerangan jalan umum (PJU). “Memang dari keterangannya itu tidak ada yang melihat. Kita tahu sendiri lokasinya juga di pinggir sungai, tidak ada lampu apalagi CCTV, jalannya juga kecil. Jadi hampir semua saksi itu tidak ada yang tahu siapa yang meletakkan barang tersebut,” tegasnya.
Soal isi benda mencurigakan tersebut, hingga kini pihaknya masih menunggu hasil dari Tim Gegana. “Ini yang belum kita dapatkan dari Gegana,” timpalnya.
Benda mencurigakan bertuliskan FPI Munarman yang ditemukan semalam sempat dikira paket online shopping berisi sepatu. Benda tersebut ditemukan di sebuah warung di Jalan Raya Grogol Limo Depok pada Minggu malam pukul 20.00 WIB. Pertama kali ditemukan oleh pemilik warung bernama Taryati. Bungkusan tersebut bahkan sempat dipegang oleh suami Taryati dan berbunyi seperti kaleng beradu. Selain itu paketan itu juga berat sehingga Taryati meyakini itu bukanlah miliknya. Kemudian benda itu diletakkan kembali. Lalu dia melapor pada Ketua RT. Setelah Ketua RT datang kemudian paketan tersebut dibuka menggunakan perantara gagang sapu. Kemudian pihak RT melapor pada Polsek Limo. Dirinya mengaku tidak tahu siapa yang menaruh benda itu di warungnya. Dia pun tidak menaruh curiga pada pembeli yang datang. “Ya namanya warung ya yang datang banyak. Cuma yang mencurigakan ya nggak tahu,” kata Taryati.
Kebanyakan pembeli di warungnya adalah pekerja proyek. Taryati pun mengaku tidak terlalu memperhatikan tiap pembeli yang datang. “Semua yang beli ya kayanya banyakan orang-orang proyek. Kalau orang lewat suka beli ya ngga kenal aku ya ngga tahu. Tapi ngga mencurigakan begitu, kita ya ngga was-was namanya orang biasa, beli ya kita ngga perhatiin,” pungkasnya.